BAB II
PEMBAHASAN
CINTA, AKHLAK, AMAL SHALEH
A. Cinta Sebagai Wujud Iman dan Akhlak
Kata cinta dewasa ini sepertinya
milik umat Kristian kata “cinta”, kasih kristus, kasih Bapak di Surga, dan
ungkapan cinta lainnya begitu banyak diungkapkan oleh pendeta di gereja.
Sementara kata bernada kekerasan,
menakutkan dan membebani ditimpakan kepada Islam. Bahkan ketika para mahasiswa
ditanyakan tentang qishash, hukum cambuk dan hukum potong tangan, mereka
menjawab bahwa itu semua kejam dan melanggar HAM.
Islam memang bicara wajib, haram,
rajam, cambuk qishash, jihad, perang dan neraka tapi Al-Qur’an pun bicara
tentang ruhshah (dispensasi), taysir (kemudahan), basyir (memberi kebar
gembira), perhiasan, maaf, syafa’at, surga tak terkecuali al-hubungan (cinta).
Al-Qur’an menyebutkan bahwa dalam
qishash adalah hukuman mati, sepertinya Al-Qur’antara lain : ini menegaskan
bahwa memang qishash itu hukuman mati. Tapi dengan cara ini umat manusia akan
terselamatkan dari tindakan saling bunuh diantara anak cucu dan kerabat sang
terbunuh sekaligus sebagai pelajaran bagi kita sehingga berfikir ribuan kali
ketika hendak membunuh.
Dikalangan sufi, cinta adalah
prinsip etika dan moralitas. Dengan kata lain, etika dan moral tidak akan ada
tanpa cinta. Menurut sufi beribadah dan beramal saleh yang kita kerjakan
hendaknya dalam rangka “cinta” kepada Allah, bukannya mengharapkan surga atau
takut neraka. Bila mengharapkan surga atau takut neraka berarti kita telah
terjerumus ke dalam kemusyrikan kerena hanya mengejar, “makhluk” Tuhan,
bukannya menuju Tuhan yang Maha Esa.
Maqam (tingkatan) “cinta” (mahabah)
sebagai maqam tertinggi sufi tidak bisa di kejar dengan pengetahuan dan
peribadatan. Sebelum maqam mahabah ini terlebih dahulu kita harus mengejar
maqam ma’rifat (mengenal Allah dengan ilmu yakin. Dengan pengkajian mendalam)
dan maqam-maqam di bawahnya, diantaranya menghilangkan segala sikap egois dan
cinta dunia, kemudian mengisinya dengan ilmu yakin, peribadatan yang ikhlas,
dan amal shaleh karena dan untuk menuju ke abadian Allah SWT.
Untuk menggapai “cinta” abadi, terlebih dulu kita perlu mengenali apa
saja penyebab adanya cinta :
1.
Cinta “diri” masing-masing kita
begitu cinta terhadap diri sendiri sehingga kita begitu egois dan mementingkan
diri sendiri cinta harta, kedudukan, kehormatan dan apa saja yang menempel pada
diri kita tidak ada apa-apanya sama sekali tanpa ditempel pada cinta Illahi.
2.
Cinta pada orang lain. Kita
biasanya memberikan cinta kepada orang lain karena orang lain itu memberikan
cinta dan kebaikan pada kita, semakin besar dan banyak kebaikan yang diberikan,
maka semakin besar pula cinta kita kepada orang itu.
Imam Ghazali menunjukan 2 cara
mencintai Allah yaitu :
1.
Melepaskan diri dari
ikatan-ikatan duniawi, bukan berarti melepas diri sama sekali dengan dunia
melainkan justru menguasai dunia
2.
Mengeluarkan kotoran-kotoran
hati
·
Tanpa Cinta Berarti Tiada
Iman
Cinta di sebut-sebut Nabi sebagai
ekspresi keimanan. Tadi iman bukanlah sebuah keyakinan “nol” melainkan suatu
keyakinan yang disertai cinta, sedangkan tinggi-rendahnyacinta dapat diukur
dari seberapa besar tinggi –rendahnya pengorbanan.
Para nabi teladan- teladan umat itu
justru mengekspresikan keimanan mereka dalam bentuk cinta. Allah menghendaki
didatangkannya para Nabi itu untuk memberikan teladan dalam keimanan dan
kecintaan.
B. Apa dan Bagaimana Ahlak
·
Tindakan Akhlaki
Ungkapan akhlak dimaksudkan untuk
menyebutkan “akhlak al-karimah” (akhlak mulia) atau akhlak al-mahmudah san
sebagai lawannya adalah akhlak buruk atau akhlak yang biasa-biasa
Dalam arti yang luas akhlak
didefinisikan sebagai segala tindakan yang baik, yang mendatangkan pahala bagi
orang yang mengerjakannya, atau segala tindakan yang didasarkan pada perintah
syara yang wajib, surat yang haram atau makruh.
Adapun untuk pengertian yang
terbatas akhlak hanya dimaksudkan untuk tindakan yang baik, etis dan pelakunya
memang patut di puji.
·
Ciri-ciri Perbuatan Akhlak
yaitu :
1.
Akhlak merupakan suatu tindakan
yang baik
2.
Akhlak merupakan suatu tindakan
ikhtian yang patut dipuji, tindakan ikhtian, suatu tindakan yang digerakan oleh
usaha
3.
Akhlak merupakan buah dari
keimanan
4.
Akhlak bersifat fitri
5.
Akhlak bersifat ta’abbudi, misi
utama kenaban adalah untuk menyempurnakan akhlak
6.
Akhlak merupakan moral dan
etika universal
7.
Pelanggaran terhadap akhlak
akan dikutuk masyarakat
8.
Pelanggaran terhadap akhlak
dikutuk hati nurani
·
Faktor yang Memperkuat dan
memperlemah Akhlak
o Faktor yang memperkuat
1.
Mantapnya keimanan
2.
Terbimbing oleh seorang guru
yang shaleh
3.
Memiliki pengetahuan agama yang
cukup dan benar
4.
Memiliki filosofah hidup yang
baik yang sesuai dengan substansi ajaran islam
5.
Memiliki lingkungan pergaulan
yang baik
6.
Visioner seorang yang memiliki
wawasan ke depan akan mempertimbangkan segala sikap dan tindakannya
7.
Memiliki pekerjaan dan
aktivitas
8.
Terpenuhinya kebutuhan pokok
o Faktor yang memperlemah akhlak :
1.
Hidup mewah
2.
Miskin
3.
Lingkungan pergaulan yang buruk
4.
Menganggur
5.
Minim pengetahuan agama
6.
Negative thinking
C. Amal Shaleh
Nabi Muhammad SAW mendefinisikan
iman dengan sejumlah amal shaleh
Talaludin Rakhmat mengungkapkan
bahwa sering kali iman di tandai dengan bentuk amal sosial dari pada amal
shaleh yang bersifat ritual
Ibadah ritual sebenarnya tidak banya
misalnya shalat, shaum, zakat, haji dan lain-lain, yang dimaksudkan secara
langsung “menyembah Allah”. Kebanyakan ibadah ini mengandung dimensi sosial.
Seperti zakat dan aqiqah, membagikan harta dan mengundang makan tetangga.
Masih menurut Talaluddin Rakhmat.
Islam menekankan ibadah dalam dimensi sosialnya lebih besar daripada dimensi
ritual. Alasannya :
1.
Al-Qur’an mengemukan ciri-ciri
orang mukmin. Misalnya berbahagialah orang yang beriman yaitu orang yang khusyu
dalam shalat, yang mengeluarkan zakat dan lain-lain
2.
Bila mengerjakan ibada ritual
itu bersamaan dengan pekerjaan lain yang mengandung dimensi sosial kita diberi
pelajaran untuk mendahulukan kepentingan sosial misalnya , ketika nabi sedang
shalat sunat beliau berhenti dan membukakan pintu untuk tamu yang datang
3.
Kalau ibadah ritual itu
tercatat, kita di anjurkan untuk berbuat sesuatu yang bersifat sosial. Contohnya
ketika melanggar chaum kita dianjurkan membayar fidyah (memberi makan kepada
pakir miskin).
Tag :
MAKALAH AGAMA
0 Komentar untuk " CONTOH MAKALAH CINTA, AKHLAK, AMAL SHALEH BAB II PEMBAHASAN CINTA, AKHLAK, AMAL SHALEH "