LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan
memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas SDM, karena pendidikan
mengusahakan suatu lingkungan yang memungkinkan perkembangan bakat, minat, dan
kemampuan siswa secara optimal. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan
pendidikan yang dirumuskan agar pendidikan mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa sehingga siswa mampu bersaing di era global. Fungsi dan tujuan pendidikan
tersebut tersirat dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I ayat (1) yang menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-Undang Sisdiknas 2003)
Pernyataan lain yang disebutkan pada BAB I ayat ( 2)
adalah :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. (Undang-Undang Sisdiknas 2003)
Berdasarkan kedua pernyataan di atas memberikan
pemahaman bahwa siswa harus mengembangkan potensi diri untuk memiliki
keterampilan yang diperlukan dirinya dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Salah
satu sarana untuk mengembangkan potensi diri siswa adalah dengan belajar
matematika, karena matematika merupakan ilmu yang universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Matematika merupakan
salah satu mata pelajaran di sekolah dasar
yang mempunyai tujuan tertentu sesuai yang tercantum dalam kurikulum
2004 (Depdiknas, 2004: 19) bahwa “tujuan pembelajaran matematika adalah melatih
cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten”.
Sedangkan tujuan yang tercantum dalam KTSP 2006 (BNSP, 2006: 21):
1.
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2.
Menggunakan penalaran pada pola
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3.
Memecahkan masalah yang
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4.
Mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
5.
Memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan tersebut guru yang akan mengajarkan
matematika kepada siswanya, harus menguasai dan memahami apa yang akan
diajarkan. Itu sangat penting supaya siswa tidak kebingungan dalam belajar
matematika atau merasa takut apabila harus belajar matematika.
Menurut Mooris Kline yang dikutip oleh Simanjuntak
menyatakan “bahwa jatuh bangunnya suatu
negara dewasa ini tergantung dari kemajuan di bidang matematika” (Simanjuntak
dkk,1992:64). Oleh karena itu langkah awal untuk mencapai tujuan tersebut
adalah memberikan motivasi belajar matematika bagi masyarakat khususnya anak-anak atau siswa. Keberhasilan
proses belajar matematika tergantung pada persiapan siswa dan persiapan guru di
bidangnya. Siswa mempunyai minat dan senang belajar matematika. Apabila siswa
tidak senang atau tidak tertarik untuk belajar matematika maka guru akan sulit
mengajarkannya. Guru harus mempunyai strategi agar siswa merasa perlu belajar
matematika.
Menurut Russeffendi yang dikutip oleh Suwangsih
menyatakan bahwa“…matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran”, (Suwangsih dkk, 2006:3).
Menurut pandangan penulis mata pelajaran matematika oleh siswa dirasakan cukup
membingungkan dan memberatkan, ini dikarenakan terlalu banyak perhitungan,
rumus-rumus dan pernyataan-pernyataan yang sulit dipahami oleh siswa sekolah
dasar.
Salah satu contohnya yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri
.............. Tasikmalaya. Siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita tentang
pecahan. Dalam menyelesaikan soal cerita tersebut, siswa kurang memahami
pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam soal, tidak teliti atau tidak memperhatikan pada saat guru memberikan
penjelasan tentang pecahan. Sehingga dalam penyelesaiannya tidak sesuai yang
diharapkan. Bahkan ada yang tidak mengerjakannya karena tidak mengerti.
Berdasarkan permasalahan di atas maka guru harus dapat
memilih strategi belajar mengajar yang tepat, mengetahui tujuan pendidikan dan
pengajaran atau pendekatan yang diharapkan serta dapat melihat tingkat kesiapan
dan kemampuan siswa belajar. Dengan mengetahui kesiapan siswa dalam belajar matematika,
maka pengajaran yang akan disampaikan dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Strategi belajar mengajar yang berorientasi pada belajar
menurut Gagne yang dikutip oleh Simanjuntak adalah “dengan membilah-bilah bahan
yang akan diajarkan ke dalam bagian yang makin kompleks” (Simanjuntak
dkk,1992:64). Gagne memandang semua mata pelajaran sebagai onggokan
elemen-elemen yang terus meningkat mulai dari kaitan-kaitan stimulus, respons,
sederhana serta konsep-konsep atau aturan-aturan (dalil-dalil) sampai pada
pemecahan masalah yang berpikir derajatnya lebih tinggi dan penerapan strategi
belajar mengajar, namun harus disesuaikan dengan tingkat-tingkat proses siswa
dan tingkat kesiapan siswa belajar. Apabila siswa tidak siap untuk belajar maka
hal tersebut bisa menjadi masalah.
Dalam pemecahan masalah menurut Gagne yang dikutip
oleh Simanjuntak mempunyai beberapa
langkah sebagai berikut:
1.
mengubah situasi pendidik (guru) mengajar pada situasi peserta didik
belajar;
2.
dari pengalaman pendidik kepada
pengalaman peserta didik;
3.
dari dunia pendidik ke dunia
peserta didik;
4.
pendidik menempatkan peserta
didik pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong peserta didik untuk
belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan
jawaban-jawaban persoalan (Simanjuntak dkk,1992:64)
Menurut Polya
yang dikutip oleh Suherman dkk
(2001:91) “solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah fase
penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan
masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan”.
Strategi pemecahan masalah merupakan alternatif penulis untuk
mengadakan penelitian menyelesaikan soal cerita tentang pecahan di Sekolah Dasar Negeri .............. Tasikmalaya.
Metode yang digunakan adalah PTK dengan judul penelitian MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG BILANGAN
BULAT MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (Penelitian Tindakan Kelas
pada Pembelajaran Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri .............. Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2011/2012).
Tag :
PROPOSAL
0 Komentar untuk " CONTOH LATAR BELAKANG MASALAH PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA TENTANG BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH. "