2.
Bagi Masyarakat
Nana
Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah
ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu
memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya
mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Seseorang
menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar
dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih
yang lain.
Perkembangan
teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan
pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi.
Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada
delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan
teknologi, terutama teknologi industri, yaitu 1) pesawat terbang, (2)
maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi,
(5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8)
pertahanan dan keamanan.
Pada satu
sisi, perkembangan dunia teknologi yang demikian mengagumkan itu memang telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif
sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis
telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan
yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru
aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia
dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan teknologi
yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan
memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun,
pada sisi lain, pesatnya kemajuan teknologi ternyata juga cukup banyak membawa
pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya
nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa
kemajuan teknologi tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif
dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran
manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi
masyarakat sekarang, teknologi sudah merupakan suatu religion. Pengembangan teknologi
dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan
memuja teknologi sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan
kefanaan dunia. Teknologi diyakini akan memberi umat manusia kesehatan,
kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan teknologi
terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun
manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan
malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda,
terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif teknologi terhadap
kehidupan umat manusia.
Kalaupun teknologi
mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi
sinonim dengan kebenaran. Sebab teknologi hanya mampu menampilkan kenyataan.
Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif.
Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja teknologi tidak
mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu teknologi tidak pernah bisa mejadi
standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari
segala dampak terburuk dari perkembangan teknologi adalah dampak terhadap
perilaku dari manusia penciptanya. Teknologi telah membuat sang penciptanya
dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam
lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan
dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia
ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
Oleh
karena itu, dalam menghadapi fenomena ini pemerintah dianggap perlu
mengembangkan suatu sistem pendidikan yang berbasis pada perkembangan ilmu
pengetahuandan teknologi tersebut. Tujuannya sangat sederhana, membuat
pelajar-pelajar di negeri kita dapat bersaing dan mengejar ketertinggalan dari
pelajar di negeri maju tanpa perlu kehilangan nilai-nilai kemanusian dan budaya
yang kita miliki. Atau dengan kata lain, peserta didik di jenjang pendidikan
dasar perlu diarahkan dan dibekali pendidikan teknologi guna menuju masyarakat
yang “melek teknologi” yaitu bercirikan mampu mengenal, mengerti, memilih,
menggunakan, memelihara, memperbaiki, menilai, menghasilkan produk teknologi
sederhana, dan peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan teknologi.
Bahan kajian
yang diperuntukkan bagi jenjang pendidikan dasar dapat mencakup ranah teknologi
dan masyarakat, produk teknologi, serta perancangan dan pembuatan karya
teknologi sederhana. Agar perolehannya bermakna, maka pembelajaran kurikulum
pendidikan teknologi hendaknya berintikan pemecahan masalah dengan pendekatan
empat pilar belajar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be,
dan learning to live together.
Soedijarto (1993:125) mengemukakan :
“Bahwa dalam menghadapi abad ke-21
ada tiga indikator utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari
kemampuan pribadi lulusannya, yaitu : (1) kemampuan untuk bertahan dalam
kehidupan, (2) kemampuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan baik dalam segi
sosial budaya dalam segi politik dalam segi ekonomi maupun dalam segi fisik
biologis, dan (3) kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan.
Sementara itu, Wardiman (1996: 3) menyatakan bahwa pendidikan hendaknya dapat
meningkatkan kreativitas, etos kerja dan wawasan keunggulan peserta didik”
Dari dua
pendapat tersebut nampaknya terdapat kesamaan misi dan visi yang didasarkan
pada kenyataan bahwa dunia nyata yang akan dihadapi oleh para peserta didik
penuh dengan persaingan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali
kemampuan guna mengantisipasinya dan dapat mencari alternatif penyelesaian
masalah kehidupan yang dihadapinya.
Salah satu
masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah adanya
perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun,
yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan
manusia yang salah satunya berwujud teknologi.
Atas dasar
landasan pemikiran tersebut di atas, maka ruang lingkup kajian pendidikan
teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:
a. pilar teknologi, yaitu aspek-aspek yang
diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan ajar
tentang: materi/bahan, energi, dan informasi,
b. domain teknologi, yaitu suatu fokus
bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran
yang terdiri atas :
1) teknologi dan masyarakat (berintikan
teknologi untuk kehidupan sehari-hari, industri, profesi, dan lingkupan hidup);
2) produk teknologi dan sistem
(berintikan bahan, energi dan informasi);
3) perancangan dan pembuatan karya teknologi
(berintikan gambar dan perancangan, pembuatan dan kaji ulang perancangan), dan
4) area teknologi, yaitu batas kawasan
teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi
produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi dan bioteknologi.
Dengan
ketiga ruang lingkup ini, maka pada dasarnya dalam pembelajaran pendidikan
teknologi peserta didik akan memiliki kemampuan-kemampuan dalam hal: (1)
menggunakan dan memelihara produk teknologi, (2) menyadari tentang proses
teknologi dengan prinsip kerjanya, (3) menyadari dampak teknologi terhadap
manusia, (4) mampu “mengevaluasi” proses dan produk teknologi, dan (5) mampu
membuat hasil teknologi alternatif yang disederhanakan bahkan yang paling
sederhana.
Dari
tujuan dan lingkup pendidikan teknologi di atas, berikut ini adalah pokok-pokok
bahan ajar yang dianggap “ampuh” untuk peserta didik di jenjang pendidikan
dasar (BTE, 1998), antara lain yaitu: Keterampilan dasar teknik, Penjernihan
air, Bioteknologi, Pengolahan macam-macam bahan, Teknologi dan profesi,
Teknologi produksi, Persambungan dan penguatan konstruksi, Konversi energi,
Prinsip-prinsip teknik, Sistem teknik (mesin dan reka cipta), Transportasi dan
navigasi, Teknologi dan lingkungan hidup, Instalasi listrik, Komunikasi,
Komputer dan teknologi kontrol, Desain teknologi terapan, dan Usaha milik
sendiri.Agar perolehan peserta didik menjadi bermakna, maka pendidikan
teknologi harus dirancang dengan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan
kemampuan memecahkan masalah, mampu berpikir alternatif, dan mampu menilai
sendiri hasil karyanya.
Hal ini
amat selaras dengan Soedijarto (2000: 69) yang merekomendasikan bahwa untuk
memasuki abad ke-21 dalam proses pembelajaran diperlukan:
1. learning to know, yaitu peserta didik akan dapat
memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari
fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. Dengan pendekatan ini diharapkan
akan lahir generasi yang memiliki kepercayaan bahwa manusia sebagai kalifah Tuhan
di bumi diberi kemampuan untuk mengelola dan mendayagunakan alam bagi kemajuan
taraf hidup manusia,
2. learning to do, yaitu menerapkan suatu
upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu
yang bermakna,
3. learning to be, yaitu proses pembelajaran
yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri, dan
4. learning to live together, yaitu pendekatan melalui penerapan
paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan
menyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar.
Hal yang
juga tak kalah pentingnya dalam mendukung sistem pendidikan berbasis teknologi
itu adalah menyelaraskan pengajaran teknologi dengan iman dan taqwa (imtaq).
Karena bagaimanapun, kecerdasan seseorang tidak akan membawa dampak positif
yang berarti apabila mereka tidak bermoral. Mereka bisa saja menjadi ahli kimia
yang handal, akan tetapi tanpa dibekali moral, kemampuan mereka hanya akan
digunakan untuk menciptakan senjata-senjata kimiawi yang dapat menghancurkan
umat manusia. Sebaliknya dengan moral yang baik, mereka dapat menemukan bahan
bakar alternatif yang dapat bermanfaat di tengah krisis minyak yang terjadi di
dunia pada abad ini.Perkembangan dunia teknologi yang demikian pesatnya telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif
sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis
telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan
yang menakjubkan.
Bagi
masyarakat sekarang, teknologi sudah merupakan suatu religion. Pengembangan teknologi
dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan
memuja teknologi sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan
kefanaan dunia. Teknologi diyakini akan memberi umat manusia kesehatan,
kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan teknologi terhadap peradaban dan
kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula
menipu diri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan malapetaka dan
kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering
manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif teknologi terhadap
kehidupan umat manusia. Kalaupun teknologi mampu mengungkap semua tabir rahasia
alam dan kehidupan, tidak berarti teknologi sinonim dengan kebenaran. Sebab teknologi
hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari
sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan.
Tag :
MAKALAH PLSBT
0 Komentar untuk " CONTOH MAKALAH DAMPAK TEKNOLOGI TERHADAP TATANAN HIDUP MASYARAKAT BAB II PEMBAHASAN DAMPAK TEKNOLOGI BAGI MASYARAKAT "