Bargaining Position ORMAWA Bagi Mahasiswa
Semua kita sadar bahwa hidup adalah sebuah perjuangan, perjuangan untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan, perjuangan memperoleh keadaan yang lebih baik dari keterpurukan yang pernah atau sedang dialami, dan lebih jelas lagi adalah perjuangan untuk dapat hidup sesuai dengan aturan Sang Pencipta dan Pengatur kehidupan yaitu Allah SWT. Perjuangan memerlukan sikap keseriusan, kesungguhan bahkan semangat pengorbanan yang terus membara, hingga membakar dan meleburkan keinginan-keinginan lain, selain dari Ridha Allah, selain dari motif utama perjuangan nilai-nilai ruhiyah, sebagai wujud adanya kesadaran hubungan dengan Allah.
Setiap individu kita adalah seorang pejuang, setidak-tidaknya pejuang bagi kepentingan diri sendiri, kalau belum mau menjadi bagian dari ummat untuk memperjuangkan kepentingan ummat, hidup sesuai dengan syariat Allah. Bukankah kita sering meng-klaim diri kita sebagai seorang Agent of Change, Social Controll, Iron Stock, Intellectual Power, dan sebagainya. Bukti apa yang telah kita berikan atas julukan tersebut ? sudahkah kita benar-benar melakukan perjuangan untuk menangkat kepentingan rakyat, kepentingan ummat atau hanya mengklaim sebagai seorang pejuang kepentingan rakyat? Sudahkah kita memahami berbagai penderitaan yang dialami oleh rakyat negeri ini, apa akar permasalahannya, apa penyebabnya, dan bagaimana solusinya?
Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa sebetulnya harus menjadi sebuah pergerakan yang memiliki bargaining position yang kuat dihadapan semua pemerintah, dihadapan masyarakat, bahkan dihadapan mahasiswa sendiri. Bagaimana kita dapat membangun sebuah bargaining position yang kuat sebagai ormawa? Ada beberapa hal yang dapat menguatkan bargaining position ormawa, diantaranya :
a. Ormawa harus bercirikan sebagai gerakan sosial-politik yang memiliki karakteristik khas sebagai sebuah pergerakan revolusioner:
1. Memiliki visi yang jelas. Gerakan ormawa harus berdiri di atas visi yang jelas, yang menunjukan orientasi perjuangan dari pergerakan mahasiswa secara jelas tidak kabur dan batasannya jelas.
2. Memiliki metode pencapaian visi yang menunjukan kesiapan gerakan tersebut.
3. Gerakan mahasiswa harus didukung oleh orang-orang yang memiliki komitmen tinggi terhadap perjuangan, dengan niat yang benar dan motivasi yang benar.
4. Adanya ikatan yang benar diantara para anggotanya, yaitu ikatan aqidah. Bukan hanya ikatan organisasi yang berupa struktur kepengurusan ataupun slogan-slogan organisasi.
b. Ormawa memiliki sense of belonging terhadap mahasiswa, sehingga keberadaanya menjadi bagian integral dari mahasiswa. Perjuangan yang dilakukan pun adalah perjuangan yang dilakukan untuk mahasiwa, dengan senantiasa memahami permasalahan dan kebutuhan mahasiswa yang selayaknya menjadi hak mahasiswa. Pola pemahaman terhadap kebutuhan mahasiswa adalah dengan ‘melempar bola lalu menjemput kembali bola tersebut’ sebagai bentuk aktif kepedulian ormawa terhadap mahasiswa.
c. Ormawa memberikan kesempatan dan ruang kerjasama yang luas bagi semua elemen mahasiswa yang memiliki interest terhadap ormawa. Ormawa bukanlah miliki segelintir mahasiswa yang menjadi pemenang dalam pemilihan, atau dominasi massa konstituen, sebab kondisi seperti itu hanya akan menimbulkan “bahaya kelas†yaitu meremehkan elemen mahasiswa lainnya, karena menganggap telah memiliki kekuatan dominan.
Dengan demikian, saya mempunyai tujuan untuk membentuk sebuah pergerakan mahasiswa, yang bercirikan sebagai berikut:
a. Pergerakan mahasiswa menjadi sebuah pergerakan sosial politik yang mengusung islam sebagai sebuah ideologi/ falsafah perjuangan. Islam merupakan sebuah sistem hidup yang dapat memberikan solusi atas berbagai problematika kehidupan yang dialami manusia, pun juga problematika yang dihadapi oleh mahasiswa, bahwa saat ini sistem kehidupan yang kadung mendominasi kehidupan kita adalah sekulerisme yang memisahkan antara agama dan kehidupan yang nyata-nyata memberikan kerusakan dalam tatanan sosial. Tidak ada dikotomi bahwa perjuangan islam hanya layak diusung oleh Rohis atau UKM keislaman, sementara BEM jangan mengusung islam. Tidak ada perbedaan kewajiban bagi seorang muslim dan pejuang sejati untuk melakukan aktivitas politik (menjamin terlaksananya kewajiban pengaturan urusan-urusan rakyat oleh penguasa) dan aktivitas organisasi.
b. Metode yang saya tawarkan adalah dengan menjadikan islam sebagai basis konten aktivitas pengkaderan mahasiswa, dengan menumbuhkan pola fikir dan pola sikap yang islami sebagai pembentuk kepribadian islami dan ketakwaan individu. Melakukan pergerakan dengan semangat idealisme agent of change, social controll dan intelectual power yang memberikan pemahaman dan pencerdasan politik kepada mahasiswa dan masyarakat atas problematika yang terjadi dengan memberikan solusi berlandaskan islam.
c. Penerapan islam dalam konteks organisasi BEM sangatlah berbeda dengan penerapan dalam komunitas yang lebih luas dari itu. Hal ini dilihat dari kewenangan, kapasitas, dan fungsi syariah dalam BEM. Sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan BEM, setiap elemen mahasiswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam perjuangan gerakan mahasiswa, setiap mahasiswa UPI punya hak dan kesempatan yang sama untuk membangun BEM bersama kami.
d. Lebih mendekatkan kehadiran Ormawa (BEM) ditengah-tengah mahasiswa dengan pola pelayanan ‘berkarya untuk mahasiswa’. Wacana yang berkembang menunjukan bahwa BEM seolah mencirikan gerakan eksklusif yang kehadirannya tidak begitu terasa di tengah-tengah mahasiswa. Pendapat ini tidak semuanya benar, sebab dalam perjuangannya BEM pun telah berupaya melakukan aktivitas pelayanan terhadap mahasiswa, hanya saja pola komunikasi dan sosialisasi yang belum efektif mengena bagi mahasiswa. Demikian juga mahasiswa yang cenderung tidak mau tahu dan tidak peduli terhadap BEM, karena pertimbangan-pertimbangan subjektif yang sangat heterogen.
Selain itu perlu ada simpul, yang mampu mengaitkan antara daya tarik ormawa dan daya dorong mahasiswa. Bahwa bargaining position yang dimiliki ormawa harus pula direspon positif oleh mahasiswa dengan sambutan integritas perjuangan. Daya dorong mahasiswa sangat dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dan nilai-nilai yang ingin dicapai. Nilai-nilai tersebut dapat berupa nilai-nilai materi, sosial/kemanusiaan, akhlak, dan ruhiyah.
Nilai materi (qimah madiyah) merupakan nilai yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu karena ada keuntungan materi atau manfaat kepentingan pribadi yang ingin didapatkan. Contoh: beraktivitas di BEM agar mendapat Beasiswa, mendapat proyek pengerjaan logistik BEM, bahkan sekedar menghabiskan Dana BEM untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Nilai-nilai ini jelas jangan sampai sampai menjadi tujuan dalam keputusan bergabung dengan BEM, kalaupun ada dan menjadi hak kita itu hal lain sebagai bentuk penghargaan yang boleh diterima tetapi secara wajar. Nilai sosial/ kemanusiaan, nilai akhlak dan ruhiyah merupakan nilai-nilai yang layak dijadikan motivasi perjuangan dalam pergerakan mahasiswa, namun yang lebih utama dijadikan motif tertinggi adalah nilai ruhiyah sebagai nilai perjuangan yang menjadikan keridha-an Allah sebagai tujuan utama.
Rencana program kerja yang kami tawarkan, antara lain:
1. Melaksanakan program islamisasi kehidupan kampus: dialog, diskusi, dan pola pemahaman lainnya yang efektiftif untuk menjadikan islam sebagai pola fikir dan pola sikap yang menginternal dalam kehidupan kampus UPI.
2. Mengantisipasi berkembangnya pengaruh sekularisasi dan liberalisasi kehidupan kampus, sehingga fenomena pergaulan bebas, dan bentuk kemaksiatan lainnya dapat menjadi perhatian bersama dan kesadaran bersama untuk ditinggalkan.
3. Mengoptimalkan pelayanan terhadap mahasiswa dalam upaya mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa dan keberlangsungan proses pendidikan. Contoh: pemberdayaan potensi ekonomi mahasiswa dalam mengatasi kesulitan biaya kuliah, memberikan fasilitas pelatihan, training dan sebagainya untuk menunjang kompetensi mahasiswa.
Tag :
ARTIKEL POLITIK
0 Komentar untuk " CONTOH ARTIKEL TENTANG BARGAINING POSITION ORMAWA BAGI MAHASISWA "